Hari ini kampus penuh sama orang-orang yang rata-rata baru
lulus SMA dan beberapa kemungkinan orang-orang yang udah lulus tahun
kemaren-kemarennya, atau orang-orang iseng yang ikut tes masuk kuliah jalur
mandiri.
Dan aku, kategori kakak baik yang nganter adeknya ujian
mandiri.
Dulu, empat tahun yang lalu, aku juga di tempat ini bawa-bawa
papan jalan dan satu set kotak faber
castel yang isinya dua biji pensil, satu penghapus, satu penggaris, dan
satu rautan. Aku pernah di posisi itu, antara khawatir dan udah bodo amat. But, I do my best. Well, akhirnya aku jadi anak UNJ. Dan akan menjadi alumni sebentar
lagi. Insha Allah.
Akhir-akhir ini aku makin sering khawatir soal segala hal. My heart beat so fast, rasanya tuh kayak
di depan udah ada tembok besar yang mustahil runtuh, ngeblocked seluruh rencana, nutupin segala kemungkinan. Aku, terlalu
takut nggak bisa keluar. Nggak-enak-banget, seriously.
Pesimis yang makin menjadi-jadi, pikiran negatif yang selalu
muncul, dan hal-hal menakutkan lain tiba-tiba terbesit. Bedain sama antisipasi.
Karna ini tuh rasanya lebih pesimis.
Cerita menakjubkan soal sidang skripsi mungkin bakal aku
ceritain lain kali. Sekarang aku udah tinggal nunggu yudisium dan ngurusin berkas-berkas
wisuda. That’s why aku lebih banyak
waktu luangnya. Sebenernya udah coba apply
dan interview, tapi ketika di terima
jadi pekerja kantoran di salah satu gedung-gedung Sudirman itu, rasanya… aku
takut. Menghadapi ketakutan yang sebenernya nggak jelas. Fase kayak gini yang
sekarang lagi aku alamin. Entah kenapa, tapi mencoba naik ke tingkat yang lebih
tinggi itu rasanya berat. Mengemban tanggung jawab yang lebih besar. Melibatkan
hal-hal krusial. Baru mikirinnya aja aku udah sakit perut. Dan saat ini,
statusnya masih gantung. Aku nggak tau harus ngambil langkah apa atas
pertimbangan-pertimbangan lain yang sebenernya jadi alibi karena ketakutan
super nggak jelas ini.
Selepas lulus kuliah, rasanya udah nggak sama lagi. Padahal makanan
yang dikonsumsi masih sama. Ngelepas masa-masa kehidupan paling bebas menurut
aku. Lebih dari itu, aku suka segala pencapaian semasa kuliah, motivasi yang
nggak pernah surut, selelah apa pun—bahkan. Dan aku suka ketika aku serta merta
ngambil keputusan dengan segala resikonya secara berani tapi bertanggung jawab.
Nggak takut, tapi for sure aku nggak
mau mengecewakan diri sendiri dan orang-orang sekitar. Dan sekarang, aku dalam
fase kehilangan itu semua.
Aku belum tau kapan ini berakhir. Dan semoga akan cepat
berakhir.
Hidup lebih mudah kalo dijalanin tanpa perlu terlalu sering
khawatir. Do the best, then you’ve got a big surprise. Apapun.
But now, I dispute for that statement.
Comments