Ini lanjutan
post sebelumnya. Semua tentang perjalanan ke Jepang bulan April kemarin.
* **
5 April 2015
It is Fukuoka’s turn now!
Perjalanannya
sekitar dua atau tiga jam naik bis. Sepanjang perjalanan aku tidur jadi lupa
liat apa aja, intinya lewat tol. Begitu nyampe langsung ke hotel, taro barang,
terus langsung ke gedung pementasan namanya Momochi Palace. Jaraknya dari hotel
nggak deket, harus naik subway sekitar tiga stasiun dari Ohorikoen.
Ngomongin soal subway, ada nih 'kepolosan' kita sebagai mahasiswa yang baru pertama kali ke Jepang. Di sini sistem tiketnya agak beda sama KRL. Jadi, buat orang yang nggak punya kartu (macam e-money) harus beli tiket dulu, setelah beli tiket di jidouhanbaiki (mesin penjual otomatis) kita langsung bisa masuk. Sampe sini masih aman. Masih ngerti. Pas di gate masuk, tiketnya bisa langsung dimasukin ke mesin, terus palang kebuka, habis itu tiket keluar lagi. Naik subway dengan bahagia. Nah, pas keluar stasiun juga sama, tiket dimasukin ke mesin di gate keluar, palang kebuka, habis itu ga ada tanda-tanda tiket keluar dari mesin padahal udah banyak yang antri di belakang. Yuki-san tau-tau dateng sambil lari-lari (karna Yuki-san punya kartu jadi gate keluarnya beda), kata Yuki-san kalo keluar tiketnya nggak usah ditungguin. Hai, wakatta. Hahaha!
Dan… Fukuoka
lebih dingin.
Aku langsung
jatuh cinta sama Kumamoto karna suhunya hampir kayak puncak jadi aku merasa aman.
Tapi di Fukuoka suhunya menurun. Hmm…
Tapi, begitu
nyampe langsung disambut Panitia Pementasan Fukuoka yang semuanya pake batik.
Semuanya ramah, lucu, dan ada yang ternyata pernah tinggal di Jakarta lama.
Hari pertama langsung
taro barang di gedung pementasan. Habis itu ke Maizuru Park, nyanyi Sakura Yo,
Kieyuku Mono e, sama Merah Putih.
Hari ini ada
kunjungan ke Kyushu Visual Art, sebenernya sejak pementasan di Jakarta, tim
dari KVA udah pernah bantu. Dan hari ini akhirnya punya kesempatan liat
tempatnya secara langsung. Jadi, KVA itu sekolah kejuruan yang jurusannya menurut
aku menarik. Kita diajak muterin sekolah ini. Ada jurusan fotografi, desain,
musik, pet, komik, masak-masak,
bahkan wedding. Dan masih banyak
lagi, akunya lupa. Semuanya menarik. Menarik-banget!
Sorenya
lanjut kunjungan lagi ke Teater Showmanship di sekitar shopping street Tojin Machi. Di sini aku ketemu satu orang yang
baik banget, namanya Nanami, Hiraoka Nanami. Dia pemain teater juga, cantik,
dan suka nari. Kita ngobrol kayak udah kenal lama. Bahasa Jepang aku sama
sekali nggak gitu lancar, masih berantakan, tapi dia ngerti, kita sama-sama
ngerti. Tapi nggak bisa lama ngobrol sama dia. Aku harus pergi lagi, tapi dia
nitip surat ke sensei. Katanya mau
nonton pementasan lusa di Momochi Palace. Seneng banget bisa ketemu Nanami.
Agak panjang
kegiatan hari ini ternyata. Habis makan malem, aku diajak ke rumah salah satu
panitia Fukuoka, namanya Yuki-san.
Yuki-san pernah tinggal di Jakarta dan masih bisa bahasa Indonesia, jadi
ngobrol sama Yuki-san jelas
campur-campur dua bahasa. Jadinya lucu. Yuki-san punya dua anak, di rumah diajakin main uno sama mereka berdua.
6 April 2015
Rehearsal.
Sama sibuknya kayak di Kumamoto. Aku tetep di bagian kostum dan karna suhunya
lebih dingin dari Kumamoto, agak lebih sulit jadinya. Tapi, the cold never bothered me any way.
Hahaha!
7 April 2015
Pementasan
Fukuoka. Ada banyak hal-hal sebelum pementasan, masalah ini, masalah itu,
beberapa anggota sakit, dan lain-lain. Tapi semuanya tetep kuat. Semua mau pementasan
ini sama suksesnya kayak di Kumamoto. Dan, done!
Pementasan selesai dan air mata tumpah. Kayak, akhirnya kita bisa kasih
penampilan terbaik kita (walaupun mungkin belum sempurna) di Jepang. Ini mimpinya sensei, mimpinya Enjuku. Mimpinya aku.
8 April 2015
Hari ini dapet
undangan ke kantor Walikota Fukuoka. Rasanya bangga. Habis itu pergi ke Kuil,
tapi lupa namanya apa. Di sini juga bisa belanja barang-barang lucu, aku dapet
permen kacang bentuknya orang.
Habis dari kuil,
hari ini kita ke KVA lagi, ada pesta yang dibuat temen-temen KVA. Habis itu
mahasiswa KVA ajak jalan-jalan. Tetep sih larinya ke shopping street, terus ke toko yang jual game sama gadget-gadget
keren, tapi ada juga buku, komik, bahkan baju-baju. Fukuoka kotanya rame. Dan inilah
waktunya cari oleh-oleh.
Habis
jalan-jalan, kita pergi makan malem. Sekalian pesta syukuran bareng Panitia
Fukuoka dan temen-temen Fukuoka di satu restoran (yang enak banget). Enak makanannya
dan enak karna all you can eat. Udah
nggak ngerti kenyangnya kayak apaan. Tapi tetep kepo karna pengen nyoba menu
yang lain lagi. Agaknya norak ya di sini. Biarin… biarin aja.
Di perjalanan
balik ke hotel mulai sadar kalo besok harus pulang. Rasanya masih belum percaya
bisa pergi ke Jepang. Ketemu banyak orang. Dapet banyak pelajaran dan
pengalaman baru.
Terima kasih
Fukuoka! Sekali lagi, terima kasih!
9 April 2015
Hari ini
pulang. Berangkatnya subuh dari Fukuoka. Naik pesawat ke Narita dulu karna
nggak bisa langsung ke Jakarta. Penerbangan kira-kira dua jam. Sekitar jam 10
nyampe Narita. Karna penerbangan dari Narita ke Jakarta masih 9 jam lagi,
akhirnya jalan-jalan dulu di Narita.
Sensei ajak pergi ke Kuil Shinshoji. Ada jalanan yang terkenal di sekitar kuil, namanya Omotesando. Sepanjang
jalannya ada toko-toko makanan, aksesoris, barang-barang antik, macem-macem dan
banyak banget. Ada patung-patung shio di sepanjang jalannya, makanan yang
paling terkenal unagi (belut) tapi
aku nggak coba. Tempatnya keren-banget!
Habis jalan-jalan dan belanja (lagi). Akhirnya harus balik ke bandara Narita. Dan, sensei ternyata nggak ikut pulang ke
Jakarta. Sensei pulang ke rumahnya dulu di Hiroshima. Sedih, padahal nanti juga
ketemu lagi di Jakarta. Tapi tetep aja, sedih karna nggak pulang bareng.
Di bandara
agak nunggu lama. Jadi akhirnya milih ngabisin duit yen karna di Indonesia juga
nggak bakal kepake kalo yang koin. Nambah-bawaan-aja.
Sekitar jam
tujuh malem. Take-off.
10 April 2015
Dadah Jepang.
Sampe ketemu lagi entah kapan… entah sampe aku bisa raih mimpi yang lebih besar
lagi nanti.
Terima kasih
atas sepuluh hari yang menakjubkan.
Terima kasih sensei. Terima kasih temen-temen Teater
Enjuku. Terima kasih untuk seluruh orang-orang yang terlibat, di Kumamoto, di
Fukuoka, di Jakarta. Terima kasih keluarga aku. Terima kasih Mirza yang selalu
ada, walaupun jadinya nggak pernah ngerasain weekend bareng. Terima kasih Tika. Terima kasih Ibu Lia. Terima
kasih semuanya.
Aku ngerasa
mimpi ini nggak akan jadi kenyataan kalo semesta nggak sekongkol. Terima kasih ya Allah, Alhamdulillah.
Jam satu dini
hari sampe di Soekarno-Hatta. Jakarta lagi. Terima kasih
Jepang, aku pulang dulu, nanti aku balik lagi. 待ってください!
Comments