Kamu
berubah dan memang seperti itulah kamu. Dengan kata lain akulah yang berubah,
bukan kamu. Aku mengakuinya. Aku nggak pernah ngerti apa arti kecocokan. Aku sama
kamu, tertawa, berbicara, chatting,
apakah hanya seperti itu yang disebut cocok?
Aku nggak
tau.
Kita
saling mengisi. Itulah yang kuterjemahkan kecocokan. Satu sama lainnya saling
mengisi, seperti paus dan ikan remora. Ada saat di mana aku membutuhkanmu dan
ada juga saat di mana kamu membutuhkanku. Saling-mengisi-satu-sama-lain. Didn’t we? Aku nggak tau.
Aku
milih kamu dan aku selalu bangga. Dari awal harusnya aku bisa survive dengan sikap-sikapmu. Aku tau
apapun ceritaku, you never interested.
Kecuali ada yang berhubungan sama yang kamu suka. Banyak yang mau aku ungkapin,
terpaksa aku simpen lagi. Mungkin aku yang salah, cerita di waktu yang nggak
tepat.
Aku cuma
butuh didengar. Kalo aku udah ungkapin semuanya, aku juga sadar diri, kamu
bukan tempat pembuangan, kamu juga butuh didengar, dan aku selalu berusaha dengar
semampuku, bahkan aku selalu berusaha menyukai apa cerita kamu. I’ve tried to interested.
Dan akhir-akhir
ini aku nggak gitu.
Belakangan
ini, I never judge you. Aku selalu
inget kata-kata di novel dan sepertinya aku memang harus mengikuti kata-kata
itu.
“Karena hati tak
perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh”
― Dee, Perahu Kertas
― Dee, Perahu Kertas
Hati ini
memang buat kamu atau kamu juga bilang kamu udah milih aku. Tapi who knows setahun atau beberapa tahun
lagi, hati kita lebih nyaman berlabuh di mana, dia tau tempat yang paling
nyaman buat dia, aku sendiri nggak pernah tau dan nggak bisa maksa. Aku nggak
sepenuhnya ngerti apa maksud kata-kata itu. Tapi aku yakin itu maksudnya.
Aku
memang punya harapan, punya beberapa keinginan buat hubungan kita. Dan untuk
sekarang yang bisa aku lakukan adalah jalani hidup yang udah tertata. Mungkin
tatanan hidup aku nanti berubah. Mungkin ada saat di mana aku harus keluar dari
zona aman yang selama ini aku geluti.
Aku
nggak akan maksa. Aku lepas semuanya. Nggak selamanya logika selalu merajai,
kadang perasaan juga harus dipatuhi. Dan kadang, kata hati selalu menjadi
pilihan ternyaman, seburuk apapun kondisinya.
Dan sekarang
ini, entah berapa lama, entah bagaimana, entah jadi apa kita. Ya, kita
berdua.
—RN
Comments