Tiba-tiba
denger berita kalo Naruto mau tamat. Hah? Emang iya? Serius? Kishimoto-sama, apakah kau rela menghentikan imajinasimu
yang sempurna itu?
Tagline di
@Metro_TV yaitu Komik Naruto Segera Berakhir,
entah harus ngerasa seneng atau sedih, bingung. Pastinya sih sedih, jelas aja
kalo Naruto tamat, Sasuke nggak akan nongol lagi, dan itu siksaan jiwa yang
akan bergejolak…. Dor!
Gara-gara
berita itu saya langsung buka folder “KOMIK NARUTO” di laptop, pengen baca-baca
lagi. Sialnya saya mulai baca dari chapter 498, chapter dimana Kushina (mamanya
Naruto) ketemu sama Naruto. Lanjut, lanjut, lanjut baca sampe chapter 504 dan
saya nangis-nangis sampe sesegukan di depan laptop—sungguh ini sangat
menyebalkan. Saya tau saya bakal nangis (lagi) di chapter ini, tapi kenyataannya
saya paling suka chapter ini.
Di chapter ini ada momen-momen dimana Kushina mau
meninggal—ninggalin Naruto demi desa. Disini mulai berkaca-kaca, terus pas
Kushina mulai ngomong, langsung deh berderai-derai.
Ini beberapa kalimat Kushina,
“Naruto… Naruto jangan suka pilih-pilih
makanan. Makanlah yang banyak dan tumbuhlah jadi anak besar! Mandilah setiap
hari. Jangan tidur terlalu malam dan istirahat yang cukup.”
“BERTEMANLAH… Tak peduli berapa banyak. Pastikan
mereka memang benar-benar teman yang baik… Dan bisa dipercaya, meski sedikit,
itu sudah cukup.”
“Dan belajarlah ninjutsu… Aku tak pernah
mahir dalam hal itu, mungkin kau bisa. Setiap orang punya kelebihan dan
kekurangan… Jangan bersedih kalau kau tak bisa melakukan semuanya.”
“Perhatikan apa yang dikatakan gurumu… Di akademi nanti.”
“Dan ingatlah jauhi
3 larangan shinobi. Jangan meminjam uang kalau tak bisa mengembalikannya. Simpanlah
apa yang kau hasilkan dari misi. Jangan mabuk-mabukan hingga berumur 20 tahun, jangan
berlebihan karena itu akan merusak tubuhmu.”
“Dan untuk wanita. Yah,
aku juga adalah wanita, jadi ibu tak tahu apa yang harus aku katakan, tapi di dunia
ini hanya ada pria dan wanita, jadi kau akan membutuhkan pacar suatu saat
nanti. Tapi jangan memilih gadis yang aneh, coba carilah seseorang yang seperti
ibumu ini.”
Kasih seorang ibu jelas banget keliatan, saya tau ini cuma
komik, fiktif, dan imajinasi. Tapi ini beneran nyentuh kok. Kushina yang takut
waktunya habis, ngomong apapun yang dia pikirin kali ya, baru juga ngelahirin
eh udah harus ninggalin anaknya—anak pertamanya. Ini semua demi desa, demi
semua orang di desa. Naruto, kamu beruntung punya orang tua kayak Kushina sama
Minato.
Andai Kushina sama Minato masih hidup, Naruto pasti bahagia :') |
Selain momen-momen
Kushina ini, ada lagi yang bikin saya terenyuh-enyuh. Momen pas Gaara tau
kenyataan kalo ibunya sayang banget sama dia—sialnya Gaara baru tau pas udah
gede, pas udah jadi kazekage, yahelah ini semua gara-gara ayahnya yang pengen
Gaara mati—ini di chapter 547-548. Hahaha ya ampun gara-gara iseng, saya jadi
berkelanjutan baca sampe bagian Sasuke muncul. Ah emang cinta nggak kemana ya
Sas, huahahaha.
Gaara
itu kasian, dia jinchuuriki sama kayak Naruto, suka di bully pas kecil, nggak punya temen, kesepian. Waktu lahir dia juga premature,
kecil banget pokoknya, ibunya—Karura sayang banget sama dia, tapi harus
meninggal akhirnya. Gaara kesepian, dia dijauhi soalnya gampang bunuh orang
pake monster berekor di dalem tubuhnya. Pokoknya senasib kayak Naruto.
Di chapter
547 itu Gaara ketemu ayahnya lagi—yang udah meninggal. Mereka tanding, ayah
Gaara mau nguji kelayakan Gaara lagi kayak dulu, dulu ayahnya benci banget sama
Gaara, sampe dibilang anak yang gagal—kasian Gaara.
Pas uji
kelayakan, ternyata Gaara ngeluarin pasir-pasir gitu, ayahnya sadar kalo
ternyata pasir itu adalah ibunya Gaara—Karura—yang selalu jagain Gaara selama
ini.
Ini beberapa dialog antara Gaara sama ayahnya:
“…Apa yang kau katakan?” Gaara masih penuh
tanda tanya.
“Pasir yang selalu melindungimu… Itu bukanlah
kekuatan Shukaku yang kau gunakan, tetapi kekuatan ibumu, Karura.”
Gaara nunduk,
galau. Mukanya sedih banget. Gaara sini deh aku peluk aja.
“IBUMU BENAR BENAR
MENYAYANGIMU!” pengakuan dari ayah Gaara bener-bener bikin Gaara kaget,
sedih, sekaligus bahagia.
Gaara belum
percaya, dulu dia di bohongin sama bawahan ayahnya—itu gara-gara disuruh
ayahnya—kata Yashamaru (bawahan ayah Gaara, sekaligus pamannya Gaara) bilang
kalo nggak ada yang sayang sama Gaara—sekalipun Karura.
Gaara marah, Gaara bunuh Yashamaru pake monster
berekornya. Gaara tersiksa gara-gara ayahnya sendiri ngebohongin dia tentang
perasaan ibunya, perasaan semua orang yang sayang sama Gaara.
Dan saya nggak tega liat Gaara nangis di chapter ini,
bener-bener nyesek banget kayaknya rasanya. Gaara… sabar ya.
Kalimat dari ayah Gaara,
“Gaara… Ibumu
sangatlah kuat… Sampai detik kematiannya ia pun masih percaya padamu dan
melindungimu. Karena itulah kau bisa hidup sampai sekarang.”
“Lihatlah sekarang
kau sudah menjadi kazekage… Dan kau juga mempunyai teman. Dan kau punya banyak
hubungan dengan orang-orang.”
Gaara bales,
“Ibu… Pastilah
sangat menakjubkan. Akan tetapi, ini adalah pertama kalinya kau telah
memberikan ‘pengobatan’, ayah.”
Ayah gara berkaca-kaca, “Gaara kau… harapanku. Kau bisa lebih hebat dariku, aku percayakan desa
pasir padamu, Gaara!” terus ayahnya Gaara langsung lenyap dimakan pasir.
Karura abis ngelahirin Gaara |
Andai juga orang tua Gaara masih hidup, Gaara juga pasti bahagia :') |
Saya
suka banget momen-momen keibuan gitu di komik Naruto. Pas Mikoto—mamanya Sasuke—ketemu
sama Kushina terus ngobrol-ngobrol soal nama anak itu keliatannya seru. Ibu-ibu
gosip hahaha.
Gimana kalo
kayak gini? Umm…
Mamanya Neji, Naruto, Sasuke, Gaara—semuanya anaknya ganteng-ganteng. |
Sekian ya
malem ini main ibu-ibuannya. Bobo ah. Gambar-gambar di atas adalah hasil googling. Yuuhuuu!
Comments