Suatu Hari, Semua Orang Pasti Sendiri


Saya menulis untuk menuangkan segalanya, saya menangis (lagi), saya bodoh.

Ada tangisan, ada renungan. Aku memang cengeng. Terkadang menangis itu jalan terbaik dibanding marah-marah. Selalu setiap aku menangis, ada sesuatu yang  kutulis, entah di kertas apapun, note handphone, laptop, seprai, apa saja. Setelah menulis dan menangis (sampai meraung-raung), aku bisa lega. Tanpa bantuan dari orang lain aku masih bisa berhenti menangis dan tenang. Karena aku yakin, suatu saat ada masanya bagiku untuk berdiri sendiri. Tidak lagi bergantung pada orang lain.

Awalnya semua pasti berjalan normal, sampai akhirnya hari ini aku sadar, ada yang salah belakangan ini. Sikap yang mulai berubah dan segalanya juga mulai berubah. Sekarang yang kupercayai hanya Tuhan dan keluargaku.

Tentang persahabatan, saling menyayangi, kemudian lebih dari bersahabat, dan akhirnya.... aku belum tahu akhirnya.

Tulisan di bawah ini ditulis tanggal 24 September 2011, tepat ... tepat di Hari Persahabatan yang dua tahun lalu kita tetapkan, tanggal yang setiap bulannya kita ingat-ingat (Kita? Mungkin cuma aku sendiri). 24, tanggal yang bagus bukan? Tidak juga ya. Ini dia semuanya, dan aku memang selalu menangis.

Persahabatan itu penting dalam sebuah hubungan, hubungan itu tidak penting penting jika dijalani tanpa persahabatan. Persahabatan menurutku adalah hal yang sangat besar, sesuatu yang paling hangat, dan hubungan yang paling spesial. Kadar sayang yang sahabat berikan jauh lebih besar dari kekasih yang kadang diselimuti nafsu. Tapi sahabat selalu menyayangi dengan tulus. Tak sedikitpun mengeluh atau cemburu. Aku rindu sahabatku. Aku rindu obrolan waktu dulu. Aku rindu kebebasan waktu itu. Aku rindu ... Benar-benar rindu.

Bisakah kau merasakan hal yang sama? Kukira tidak. Kau berubah sangat banyak. Aku tidak suka dicintai dengan sangat, aku suka kau mencintaiku dengan senyuman. Segalanya terasa lebih hangat dan ceria. Bukan dengan sikap dingin dan selalu berprasangka macam-macam.

Setiap manusia pasti mengalami perubahan. Menjadi sosok yang berbeda dari sebelumnya. Itu wajar dan memang benar bahwa manusia tak akan selalu melewati fase yang sama. Terlalu munafik jika aku membenci perubahan, karena kenyataannya aku kadang berubah.

Semuanya hanya dalam mimpi. Masa lalu dan masa kini jelas berbeda. Aku hanya harus terbiasa untuk lebih memahami keadaan sekelilingku. Dimana aku. Bersama siapakah aku. Apa yang kulakukan. Atau bagaimana caraku melakukannya. Semuanya berjalan, tidak berhenti, terus-menerus.

Kau tak perlu memahamiku lagi. Aku mengerti banyak hal yang belum kau pahami dari diriku. Aku mencoba menyadari segalanya yang cukup rumit ini. Antara aku, dirimu, persahabatan kita, dan hubungan kita sekarang.


Menangis lagi. Tapi setelah menyelesaikan tulisan di atas, aku merasa lega, kau memang tidak bisa mendengarku, tapi begitu saja cukup, aku lega.

Dan hari ini aku menangis lagi. Aku merasa aku terlalu lemah. Aku terlalu takut kehilangan, padahal kehidupan sudah diatur, jalan hidupku dan lain-lainnya. Aku terlalu membebani diriku dan melupakan kuasa Allah SWT., dan itu semua mengecewakan. Sedikit demi sedikit aku akan berubah, sesakit apapun nantinya. Aku janji, untuk diriku sendiri dan Allah SWT., Amin.

*Ini apaaaaaaaaa? Curhat lah! Terlihat galau, bukan? Ah ya ... biarin. Tadinya mau posting tentang Angle Beats! tapi lagi males nulis panjang-panjang, sekate-kate gini lebih asik. Apaan sekate-kate? Nggak tau!*

Comments

Claude C Kenni said…
Some people come into our lives and quickly go. Some stay for awhile and leave footprints on our hearts. And we are never, ever the same =)
Rika P. said…
yeah! :) no love, no life. hahaha *emang iya ya?*

kak Keven kalo masalah cinta udah nggak usah diraguin lagi deh. saya percaya, hehehe. di blognya kak Keven aja seru-seru semua love story-nya :))